Inhil. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek pada usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehamilan, kemudian setelah bayi lahir sampai dengan usia 2 tahun yang disebut dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Akan tetapi kondisi stunting baru terlihat setelah anak berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1.000 HPK seharusnya mendapat perhatian khusus oleh Pemerintah dan semua pihak karena periode ini menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita . Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK.
Intervensi stunting memerlukan konvergensi program dan upaya sinergis Pemerintah serta dunia usaha/masyarakat. Pada tahun 2024 Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan rembuk stunting dengan menetapkan 26 lokasi Fokus (Lokus) Desa/Kelurahanuntuk intervensi gizi spesifik dan sensitif pada lokus tersebut.
Rembuk stunting tersebut di lakukan di Kabupaten dan Desa/Kelurahan lokus. Sehingga diketahui permasalahan dan pemecahan masalah masing-masing Desa/Kelurahan lokus di Kabupaten Indragiri Hilir.
Prevalensi stunting dari tahun 2022 : 1,8% menjadi 2,4% di tahun 2023, dan terjadi penurunan prevalensi balita stunting di Kabupaten Indragiri Hilir di tahun 2024 : 1,4%. Dari 20 Kecamatan, ada 6 Kecamatan yang terjadi peningkatan prevalensi stunting yaitu Kecamatan Sungai Batang, Tanah Merah, Tembilahan, Batang Tuaka, Gaung Anak Serka, Gaung dan Mandah.
Hal ini menunjukkan adanya konvergensi program/intervensi upaya percepatan pencegahan stunting untuk menurunkan presentase balita stunting di Kabupaten Indragiri Hilir. Namun belum maksimal, sehingga perlu peningkatan kerjasama dan komitmen semua pemangku kebijakan dan pelaksana program agar dapat lebih kompak dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan stunting di Kabupaten Indragiri Hilir.
Berbagai upaya yang telah dilakukan di Kabupaten Indragiri Hilir guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK antara lain :
Kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya Percepatan Penurunan Stunting :
1. Pemberian Tambahan Asupan Gizi pada Ibu hamil KEK
2. Pemantauan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dengan Aksi Bergizi
3. Pemantauan bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat Asi Eksklusif
4. Pemantauan anak balita gizi buruk yang mendapat pelayanan tatalaksana gizi buruk
5. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita
6. Pemenuhan tambahan asupan gizi pada balita gizi kurang
7. Pemenuhan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) kepada balita
8. Pelatihan dan Pembinaan kader
9. Pelatihan USG
10. Pelatihan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
11. Pelatihan Tumbuh kembang bagi kader dan guru PAUD
12. Penyediaan media promosi
13. Kegiatan Promosi dan Pemberdayaan Program PHBS, Kewaspadaan Dini dalam rangka pencegahan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Bencana Alam
14. Pendampingan Pelaksanaan Antar Pribadi (KAP) dan Percepatan Penurunan Stunting
15. Program penyehatan lingkungan
16. Penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi
17. Perjanjian kerjasama dengan Kementerian Agama dan Pengadilan Agama
18. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir dengan UNISI, STAI, STIKES, IBI dan BAZNAS tentang program Percepatan Penurunan Stunting
19. Surat Edaran Aksi Bergizi
20. Audit stunting
21. Bapak dan Bunda Asuh Stunting (BAAS) dan pengukuhan
22. Penerapan 1000 HPK dan Pelatihan tekhnis Bina Keluarga Balita (BKB) Eliminasi Masalah Stunting (EMAS)
23. Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT)
24. Sosialisasi Pemanfaatan instrumen pelacakan imunisasi
25. BimbinganTekhnis Kader Pembangunan Manusia (KPM) berbasis Aplikasi eHDW
26. Sosialisasi Pencegahan & Penanggulangan Stunting
27. Sosialisasi Penanganan dan Pencegahan Pengendalian Penyakit ATM
28. Pemberian Makan Tambahan di Desa
29. Insentif KPM stunting, Kader posyandu dan guru PAUD
30. Talkshow Stunting di radio
31. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatandiutamakan di desa lokus
A. Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian di Kabupaten Indragiri Hilir
Faktor determinan yang paling mempengaruhi terjadinya stunting di Kabupaten Indragiri Hilir dari 568 balita stunting 419 (73,76%) balita orang tuanya merokok, 45,07% tidak imunisasi lengkap, 28,69% tidak memiliki jamban sehat, 25,17% tidak memiliki jamban sehat.
Ini menggambarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang tidak baik dan lingkungan yang tidak sehat. Beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih dan jamban yang mana hal tersebut selain dari segi ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah. Untuk balita yang belum memiliki JKN 56,16% sudah diusulkan ke BPJS dengan melengkapi kelengkapan berkas persayaratan.
B. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1.000 HPK yang Masih Bermasalah di Kabupaten Indragiri Hilir
Tim pencegahan dan penanggulangan stunting terintgrasi Kabupaten Indragiri Hilirbersama dengan Puskesmas telah melakukan monitoring sekaligus analisa masalah yang terjadi di Desa/Kelurahan. Dari hasil monitoring menunjukkan masih membutuhkan Intervensi dan pembinaan berupa :
a. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan local pada ibu hamil KEK dan anemia, bayi dan balita gizi kurang dan gizi buruk
b. Pemberian nutrisi tambahan melalui kegiatan inovasi GSH yaitu pemberian susu infantrini untuk bayi dan nutrinidrink untuk balita.
c. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) di rumah tangga.
d. Kerjasama lintas sektor dan lintas program.
Dengan adanya penanganan tersebut di atas menunjukkan terjadinya penurunan kasus stunting, gizi kurang, gizi buruk, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dari ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia.
C. Kelompok Sasaran Beresiko di Kabupaten Indragiri Hilir
Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bayi, dan usia bawah dua tahun (Baduta). Mempersiapkan remaja putri untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga pada saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat, berperilaku sehat dan bayi dalam kandungan lahir dengan selamat, sehat serta cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk dilakukan IMD,mendapatkan ASI ekslusif, pemberian makan pada bayi dan anak yang sesuai dengan kebutuhan sehingga pertumbuhan dan perkembangan otaknya dapat optimal.
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir sangat mengharapkan dukungan dari berbagaisektor untuk menangani dan mencegah bertambahnya kasus balita stunting, melalui konvergensi pencegahan dan penanggulangan stunting terintegrasi. Pemerintah Desa/Kelurahan diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi aktif dalam hal ini.