Yogyakarta. Kabarinvestigasi. Co. Id. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X meresmikan gedung Kampus Universitas Widya Mataram (UWM) bersama Ketua Yayasan Mataram Yogyakarta Prof. Dr. Mahfud MD, S.H., S.U., di Banyuraden, Gamping, Sleman pada Sabtu (22/2/2025).
Gedung yang diresmikan terdiri dari Papan Piwulangan seluas 3433,3 m2 merupakan corporate social responsibility (CSR) dari 36 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Widya Nusantara seluas 561,3 m2 merupakan hibah dari Menteri BUMN Dr. (HC) Erick Thohir, BA, MBA.

Acara ini dilaksanakan bersamaan dengan Gowes yang merupakan agenda rutin Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) V dengan host UWM.
Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V (LLDIKTI V) Prof Setyabudi Indartono, dan Direktur Keuangan, SDM dan Manajemen Risiko PT Nindya Karya Sri Haryanto, Senior Vice President Divisi Properti PT Nindya Karya Farid Budiyanto, para rektor Perguruan Tinggi Swasta DIY, serta mantan Kepala LLDIKTI V.

Prof Edy Suandi Hamid dalam sambutannya menyampaikan bahwa hal ini merupakan cita-cita dan penantian panjang bagi sivitas akademika UWM dan menjadi momen bersejarah. “Kampus lain yang seusia di Yogyakarta sudah melejit jauh dengan jumlah mahasiswa lebih besar, kampus megah dan berbagai aset lainnya. Mudah-mudahan hari ini, dengan dibangunya gedung kampus ini menjadi momen bersejarah untuk akselerasi pengembangan UWM,” kata Rektor UWM ini.
“Sejalan dengan kegiatan efisiensi yang dilaksanakan pemerintah, UWM juga melaksanakannya secara kongkret, dengan menyatukan kegiatan peresmian dengan gowes kali ini,” tambahnya.

Lebih lanjut, Prof Edy mengemukakan bahwa pembangunan Kampus Terpadu sudah dimulai sejak akhir 2021 yang diawali dengan pembukaan kawasan kampus melalui pengerasan area dan pembangunan pendopo beserta beserta bangunan ikutannya.
“Pembangunan tahap kedua berupa dua gedung Piwulangan, satu gedung Religius Center yang diberi nama Widya Nusantara yang didukung Kementerian BUMN. Gedung Religius Center yang dapat digunakan sebagai tempat diskusi dan pengkajian lintas agama, serta tempat ibadah bagi para mahasiswa dari berbagai agama,’ kata mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini.
Prof Mahfud MD dalam sambutannya mengatakan bahwa kampus terpadu akan membersamai Indonesia Emas 2045. “Ciri Indonesia Emas yaitu Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Insya Allah menurut peta jalan yang dibuat pemerintah, Indonesia Emas akan dicapai di tahun 2045,” kata Ketua Yayasan Mataram Yogyakarta ini.
Selanjutnya, Prof Mahfud mengungkapkan bahwa penanda Indonesia Emas pada tahun 2045 angka partisipasi perguruan tinggi akan mencapai 74% lulusan SLTA, sekarang sudah 49,39%.
“Angka kemiskinan ekstrem sudah tidak ada pada tahun 2045. Kemungkinan akan ada kemiskinan umum sekitar 2% yaitu mereka yang penghasilannya dibawah 1,90 US dolar tetapi bisa ditutup oleh negara dengan bentuk-bentuk bantuan sosial dan program-program pembangunan bagi masyarakat,” kata mantan
Menkopolhukam Republik Indonesia ini.
Prof Mahfud kemudian mengemukakan bahwa pendapatan perkapita pada saat itu akan mencapai 23.930 US dolar sudah cukup besar dibandingkan sekarang 4670 an US dolar. “Saat itu Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi keempat di dunia setelah RRC, India, Amerika,” tambahnya.
“Universitas Widya Mataram akan membersamai Indonesia Emas harus dibekali dengan kesehatan, salah satunya dengan gowes. Mari kita bangun budaya sehat, budaya sinergi, budaya unggul sesuai dengan tagline gowes kali ini,” kata Prof Mahfud.
Di akhir sambutannya, Prof Mahfud menyampaikan terimakasih kepada Kementerian BUMN dan Kementerian PUPR. “Terimakasih tak terhingga kepada Sri Sultan HB X yang selama ini selalu mendorong agar ini sepenuhnya dapat berlangsung,” tutupnya.
Gubernur DIY dalam sambutannya menyampaikan bahwa setiap investasi bidang fisik harus selalu ada korelasi dengan investasi human capital. “Membangun gedung atau pengadaan perangkat mutakhir relatif mudah daripada menciptakan perangkat sosial yang melekat pada otak dan nurani manusia, artinya pembangunan fisik harus pula diimbangi dengan investasi penguatan karakter seluruh sivitas akademika,” tambahnya.
“Tujuannya untuk menciptakan harmoni antara kecerdasan intelektual dan integritas yang mencerminkan sistem organisasi, cara berpikir, motivasi, sikap, dan perilaku serta etos kerja manusianya,” kata Sri Sultan HB X.
Momentum ini juga kian bermakna untuk merenungkan upaya pencapaian visi UWM menjadi universitas berbasis budaya yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. “Dengan menginventarisasi yang kita miliki memperkirakan apa yang ingin kita capai, dan bagaimana caranya memperoleh pengetahuan dan teknologi itu serta mengamati betapa besar dampaknya terhadap transformasi budaya akademik,” katanya.
Iptek akan tepat guna jika ditempatkan dalam konteks budaya. Ini membawa konsekuensi bahwa perkembangannya dapat berlangsung berkat dukungan unsur-unsur budaya. “Jika tanpa dukungan budaya handarbeni, misalnya critical thinking, budaya literasi, etika akademik, atau budaya publikasi dan diseminasi ilmiah, maka ilmu pengetahuan dan teknologi sulit mendapatkan iklim lumintu atau sustainable,” tegasnya.
“Maka bertolak dari kenyataan seperti itu tepat pula kiranya jika bagi sivitas akademika UWM momentum ini dijadikan pula titik tolak baru pengembangan iptek yang harus ditujukan demi sebesar-besar kesejahteraan rakyat. Dengan menempatkan pada visi dan harapan seperti itulah maka momentum seperti hari ini menjadi penting,” kata Sri Sultan HB X.
Acara dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti oleh Gubernur DIY, disaksikan oleh Ketua Yayasan Mataram Yogyakarta Prof Mahfud MD, dan Rektor UWM Prof Edy Suandi Hamid. Acara selanjutnya adalah penandatanganan berita acara serah terima gedung Kampus UWM dari PT Nindya Karya kepada Yayasan Mataram Yogyakarta. Dilanjutkan dengan peninjauan Gedung Papan Piwulangan serta Widya Nusantara. Di 2 gedung tersebut dilaksanakan penandatanganan prasasti oleh Ketua Yayasan Mataram Yogyakarta dan Rektor UWM disaksikan oleh Gubernur DIY.(rls)